Sabtu 5 maret 2011. Big plan buat hari itu adalah shooting buat tugas sekolah. Menurut jadwal yang direncanakan shooting mulainya antara jam 9-nan pagi, namun apa daya manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan. Tuhan menentukan shooting baru akan mulai sekitar jam 12-san saat semua pasukan (Ego, Echa’, Nita, Tiara, Dian, dan Gue) sudah berkumpul di rumah gue buat berangkat ke lokasi shooting. Bad mood lah gue dengan fenomena jam karet itu, because on my mind, waiting is the worst thing to do!!
Waktu mau berangkat ke lokasi shooting. Mobil temen gue terlihat sempit dan salah satu temen gue (Dian) mikir dari pada sempit-sempitan mending dia dan gue naik motor, kan enak juga naik motor ada angina sepoi-sepoi. Oke, gue pun setuju. Dan berangkatlah mobil Ego yang gue susulin dari belakang dengan bermotor.
Dalam perjalanan, karena jalanan kompleks sepi jadi gue agak ngebut, tapi itu tidak berlangsung lama. Hingga motor gue lewat di depan rumah temen gue (Rani) dan mengurangi kecepatan. Gue dan Dian menyempatkan diri menoleh ke arah rumah yang kita lewatin itu karena ada motor nya Hersal dan Lulu yang mungkin juga lagi kerja kelompok. Pas gue noleh ke samping, jadi gue dalam keadaan gak liat jalanan dengan perkiraan kalau jalanan didepan gue gak ada hambatan.
Tapi sekali lagi manusia hanya bisa mengira, Tuhan yang menentukan. Dan..
DUUPGH!! Seketika gue sadar, muka gue sudah nempel di sebuah bidang datar yang keras, motor gue sudah gak jalan lagi, Dian berada begitu rapat dan menindih badan gue dari belakang. Keadaan menjadi sangat buruk. Ban depan motor gue nempel di bokong mobil box yang lagi parkir. Gak ada yang lebih parah yang bisa gue ceritain selain rasa bodoh, shock, takut, nyutnyutan seluruh badan, yang semua gue tahan sampai badan gue gemetar menyeluruh mendapati kenyataan kalo gue telah menabrak mobil box tak bersalah yang parkir dengan sangat baik.
Sorry gue gak sanggup berpanjang lebar. Tapi di situasi itu Tuhan masih kasihan sama gue dan untung gue dan Dian gak mengalami cedera parah, motor sama mobil box itu saja yang sudah berubah model. Lebih beruntung lagi di TKP ada orang yang mau nolongin dan gue punya teman-teman super yang menyuport dan menenangkan gue (yak, rombongan di mobil Ego muter balik karena sadar Gue dan Dian tiba-tiba menghilang dari kaca spion). Papa juga datang ke TKP karena gue nelpon. Semua berjalan lancar dan gue tetap berhasil membendung emosi dan rasa sakit meskipun gemetaran.
Gue memilih untuk lanjut shooting dan temen yang lain setuju. Sesampai di lokasi shooting, matahari menyala banget, panas! Tapi mau gak mau demi keprofesionalan kita tetap melangsungkan shooting scene pertama. Kejadian buruk terjadi lagi dan lagi-lagi karena ulah gue. Baru sedikit hasil shoot, gue ngebantuin Ego narik sepatu boot dari sungai dengan pancingan (emmm itu atribut shooting kita). Tanpa rencana, tassss… tali pancingan yang gue tarik putus dan sepatu bootnya kelelep masuk ke dasar sungai. Oh Man! Sorry, gue bikin masalah lagi, jadi shooting gak bisa dilanjut dulu. Betapa berdosanya gue suka bikin masalah.
Balik ke rumah, kita langsung nge-cek hasil shoot tadi. Masalah datang lagi karena video gak bisa dipindahin ke leptop. Kita pasrah dan nyaris putus asa. Untungnya Nita bersedia ambil alih masalah ini.
Lengkap sudah masalah bertubi-tubi sepanjang setengah hari. Tapi dari sini ada pelajaran yang bisa gue ambil. Mmm, mungkin sebaiknya kita gak melakukan aktivitas yang diawali dengan badmood… See you next posting readers.
No comments:
Post a Comment